Menyelami komunitas Punker
Beberapa
aksesoris berupa gelang dan anting melekat di tubuh mereka. Bukan kalung biasa,
karena terbuat dari rantai besi warna perak. Bandul kalung berbentuk gembok
besar imitasi.
Tak
cukup itu, gelang menyerupai duri raksasa melingkari lengan. Sebagian dari
mereka menggambari tubuh dengan tato. Mereka menyebut diri sebagai anak punk.
Selain aksesoris, dandanan mereka cukup unik. Biasanya memakai baju dan celana
ketat berwarna hitam. Sepatu bot mebungkus kaki, rambut warna-warni di tata
berdiri ala indian Mohawk.
Di
Banjarmasi, komunikasi seperti ini sudah mulai banyak terlihat. Biasanya
kelompok ini nongkrong di Taman Siring dan di Jalan S Parman setiap Sabtu
malam. Tapi meski sama-sama anak punk, dua kelompok ini tidak bisa disamakan.
Anak-anak yang bergerombol di seberang masjid sabilal Muhtadin menamakan
kelompoknya punk siring, sesuai dengan tempat biasa berkumpul.
Misal
saja Uun memakai dandanan serba serba hitam. Rambutnya dilumasi gel pembentuk
mode rambut yang menutupi mata. Bagian bawah matanya diolesi celak warna hitam
cukup tebal. Ini namanya gaya
punk emo.
Lain
lagi dengan anak yang disamping itu, gayanya punk rancid,” rambutnya mirip duri
berdiri ke atas, atau yang biasa juga disebut gaya Mohawk. Mata punker yang ditunjuk Uun
juga tidak tercelak. Ada juga gaya punk skinhead, yaitu punker tanpa rambut
sama sekali, alias Plontos.
Punker
identik dengan musik-musik bernada keras seperti hardcore, power metal, rock
dan roji, dan alternative. Mereka menikmati musik sebagai bagian tidak
terpisahkan dari hidup. Anak punk emo biasanya memiliki jenis musik yang
berbeda dengan aliran musik punk rancid.
Tapi
itu selera saja. Tapi, kalau gaya
menari semua sama. Mereka biasa menyebutnya fogo. Kalau lagi konser, mereka
mengikuti alunan, menghentak, putar-putar tuuh, bahkan gampar-gamparan. Tapi,
itu biasa bagi mereka, memang gaya
menarinya begitu,”
Antara
punker dengan anak underground juga berbeda. “Kalau mereka musiknya lebih
keras, biasanya power metal gaya
narinya juga lebih anarkis,” biasa disebut chaos. Pake loncat-loncat dari atas
dan tabrak-tabrakan gitu,”
Dari
cuplikan diatas dapat disimpulkan bahwa teori identitas sosial merupakan
keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal dari kelompok sosial
mereka atau kategori keanggotaan bersama secara “emosional” dan hasil evaluasi
yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap
kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari
keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Seperti halnya dalam hal
anak-anak punk er yang memiliki kelompok-kelompok sosial yang berbeda, seperti
punk emo, punk skinhead, pun rancid, dan lain-lain. Selain dari gaya dan penampilan,
dalam hal musik mereka juga tidak selalu sama. Akan tetapi kalau untuk gaya menari semua sama.
Selain
itu, untuk meningkatkan harga diri, seseorang atau bajkan kelompok sosial akan
selalu berlangsung untuk memperoleh identitas sosial yang positif. Tapi berbeda
halnya dengan kelompok punker misal, seperti yang dikatakan pada cuplikan di
atas tadi, “kalau lagi konsep kita mengikuti alunan…..bahkan gampar-gampar”.
Namun gamparan-gamparan ini lah yang dipandang kurang positif. Dan apabila
mereka sudah terlalu larut sampai lupa akan suasana sebenarnya dalam hal konser
ini sering kali terjadi tubruk-tubrukan, bahkan sampai berantem. Hal inilah
yang dipandang kurang positif oleh kalangan masyarakat dan terpaksa harus
membuat aparat keamanan turun tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar