Sabtu, 18 Mei 2013

Menyelami komunitas Punker


Menyelami komunitas Punker 

Beberapa aksesoris berupa gelang dan anting melekat di tubuh mereka. Bukan kalung biasa, karena terbuat dari rantai besi warna perak. Bandul kalung berbentuk gembok besar imitasi.
Tak cukup itu, gelang menyerupai duri raksasa melingkari lengan. Sebagian dari mereka menggambari tubuh dengan tato. Mereka menyebut diri sebagai anak punk. Selain aksesoris, dandanan mereka cukup unik. Biasanya memakai baju dan celana ketat berwarna hitam. Sepatu bot mebungkus kaki, rambut warna-warni di tata berdiri ala indian Mohawk.

Di Banjarmasi, komunikasi seperti ini sudah mulai banyak terlihat. Biasanya kelompok ini nongkrong di Taman Siring dan di Jalan S Parman setiap Sabtu malam. Tapi meski sama-sama anak punk, dua kelompok ini tidak bisa disamakan. Anak-anak yang bergerombol di seberang masjid sabilal Muhtadin menamakan kelompoknya punk siring, sesuai dengan tempat biasa berkumpul.

Misal saja Uun memakai dandanan serba serba hitam. Rambutnya dilumasi gel pembentuk mode rambut yang menutupi mata. Bagian bawah matanya diolesi celak warna hitam cukup tebal. Ini namanya gaya punk emo. 

Lain lagi dengan anak yang disamping itu, gayanya punk rancid,” rambutnya mirip duri berdiri ke atas, atau yang biasa juga disebut gaya Mohawk. Mata punker yang ditunjuk Uun juga tidak tercelak. Ada juga gaya punk skinhead, yaitu punker tanpa rambut sama sekali, alias Plontos.
Punker identik dengan musik-musik bernada keras seperti hardcore, power metal, rock dan roji, dan alternative. Mereka menikmati musik sebagai bagian tidak terpisahkan dari hidup. Anak punk emo biasanya memiliki jenis musik yang berbeda dengan aliran musik punk rancid.
Tapi itu selera saja. Tapi, kalau gaya menari semua sama. Mereka biasa menyebutnya fogo. Kalau lagi konser, mereka mengikuti alunan, menghentak, putar-putar tuuh, bahkan gampar-gamparan. Tapi, itu biasa bagi mereka, memang gaya menarinya begitu,” 

Antara punker dengan anak underground juga berbeda. “Kalau mereka musiknya lebih keras, biasanya power metal gaya narinya juga lebih anarkis,” biasa disebut chaos. Pake loncat-loncat dari atas dan tabrak-tabrakan gitu,”

Dari cuplikan diatas dapat disimpulkan bahwa teori identitas sosial merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara “emosional” dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Seperti halnya dalam hal anak-anak punk er yang memiliki kelompok-kelompok sosial yang berbeda, seperti punk emo, punk skinhead, pun rancid, dan lain-lain. Selain dari gaya dan penampilan, dalam hal musik mereka juga tidak selalu sama. Akan tetapi kalau untuk gaya menari semua sama. 

Selain itu, untuk meningkatkan harga diri, seseorang atau bajkan kelompok sosial akan selalu berlangsung untuk memperoleh identitas sosial yang positif. Tapi berbeda halnya dengan kelompok punker misal, seperti yang dikatakan pada cuplikan di atas tadi, “kalau lagi konsep kita mengikuti alunan…..bahkan gampar-gampar”. Namun gamparan-gamparan ini lah yang dipandang kurang positif. Dan apabila mereka sudah terlalu larut sampai lupa akan suasana sebenarnya dalam hal konser ini sering kali terjadi tubruk-tubrukan, bahkan sampai berantem. Hal inilah yang dipandang kurang positif oleh kalangan masyarakat dan terpaksa harus membuat aparat keamanan turun tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar