Musibah banjir dan
longsor yang terjadi di banyak daerah diawali dengan masuknya bulamn-bulan
basah. Bulan basah ditandai dengan tingginya curah hujan yang biasanya terjadi
pada bulan September hingga Desember. Di bulan-bulan ini biasa terjadi berbagai
bencana alam. Banyak warga yang tinggal di kawasan perkotaan yang kurang
teratur dan yang tinggal di sekitar lereng-lereng gunung terjal resah. Mereka
selalu ketakutan akan datangnya berbagai bencana alam yang biasanya terjadi
dikawasan mereka.
Banjir dan tanah longsor memang
merupakan masalah yang klasik, namun demikaian bencana ini harus segera mungkin
ditanggulangi. Apabila tidak segera ditanggulangi akan terjadi lebih bsnysk
lsgi korban yang dirugikan, baik itu korban jiwa maupun harta.
Banjir di banyak Kota disebabkan
oleh bebeapa fakor. Pertama yang paling sering terjadi di perkotaan ialah
tutupan daerah terbangun sangatlah tinggi. Tutupan daerah terbangun (Building
Covered Area) adalah luas suatu daerah yang dimanfaatkan untuk bangunan. Jika
building covered area sangat tinggi berarti kawasan yang terbangun lebih tinggi
daripada banyaknya kawasan kosong, atau dengan kata lain BCR (Building Covered
Rasio) tinggi. Akibatnya jika hujan turun, tidak ada lagi daerah yang bisa
benjadadi jalan resapan air. Rung terbuka sebenarna sagat berguna dalam
kehidupan baik dalam skala rumah angga maupun skala perkotaan. Jika dalam skala
perumahan atau perkotaan tidak tersedia ruang terbuka maka air tidak mempunyai
jalan untuk meresap.
Ruang terbangun di berbagai kota
lebih banyak difungsikan sebagai tempat hunian penduduk biasanya ruang-ruan ini
mempunyai tinkat BCR yan sangat tinggi. Klasifikasi BCR terdiri dari tinat
tinggi (>60%), sedang (40%-60%), dan rendah (<40%). Di perkotaan tingkat
BCR sangat tinggi, hal ini terjadi karena di wilayah perkotaan sangat terbatas
dengan harga yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan masyarakat ingin
menggunakan lahan yan dia punya semasimal mungkin, apalagi dengan korelasi
wilayah kota dengan berbagai faktor ekonomi yang sangat mendukung. Disamping
BCR juga terdapat standar lain yang digunakan yaitu KLB (Koefisien Lantai
Bangunan) yang menyatakan banyaknya luas wilayah yang boleh digunakan untuk
lantai sebuah bangunan. Yang idealnya adalah 60% untuk bangunan dan sisanya
digunakan untuk ruang terbuka hijau (RTH)
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
ini, namun tetap bisa mengopimalkan fungsi lahan ialah dengan mengendalikan
melalui siatim tata ruang. Salah satu jalan ialah dengan menetapkan dan
mengawasi intensitas bangunan, antara lain dengan penetapan BCR dan KLB. Selain
BCR, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) juga harus diperhatian. Hal ini tidak lain
adalah untuk menjaga kepadaan tanah dan ketinggian bangunan. Standar ini sangat
berguna sekali untuk mengawasi dan mengatur suatu wilayah perkotaan. Standar
ini juga sangat berguna untuk mencegah dan meminimalisir dari bencana seperti
banjir dan kebakaran.
Selain pada skala perumahan (mikro)
perlu juga disdiakan tindakan pengoptimalan ruang terbuka juga harus
dilaksanakan pada tingkatan yag lebih tinggi sampai pada tingkat kota. Selain
thap penyediaan ruangan terbuka, pemrintah juga harus mengendalikan dan
mengawasi terhadap pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar pembangunan
yang dlakan oleh masyarakat bisa tetap terkontrol dan terkendali.
Selain dengan jalan pengoptimalan
ruang terbuka hijau, langkah lain yang dapat dilaksanakan ialah dengan
memelihara atau menciptakan sistim drainase yang baik, mulai dari drainase
primer, sekunder, maupun tersier. Salah satu sistim drainase yang baik ialah
sistem drainase yang kolektif, yaitu dimulai dari drainase tersier dan berakhir
pada drainase primer. Sistim drainase yang baik juga harus dibangun
berdasarkian dimensi yang proporsional dengan memperhaikan curah hujan dan juga
banyakna limbah cair yang dibuang ileh masyarakat. Untuk mengopimalkan fungsi
dari saluran drainase, juga harus
diperhatikan tentang perawatan saluran drainase dan juga penempatan pada posisi
yang tepat. Jangan sampai saluran drainase sekunder diletakkan pada daerah
dengan kontur yang lebih tinggi daripada saluran awalnya. Dalam hal perawatan,
kelancaran aliran air juga harus diperhatikan, jangan sampai terjadi
penyumbatan pada saluran-saluran drainase.
Untuk mengatasi bencana banjir yang
terjadi di keanakan awasan perkoataan, memang bukan suatu pekerjaan an mudah.
Langkah langkah untuk mengatsinya juga harus dilahsanaan dengan kesadaran dari
pribadi warganya dan juga dukungan serta partisipasi dari pemerintah. Meskipun
diatur dengan undang-undang yang sanga baik dan sistim drainase yang sangat
modern, tanpa adanya partisipasi masyarakat semua itu tidaklah ada artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar