Sabtu, 12 Januari 2013

Memahami Konsep Kualitas

Memahami Konsep Kualitas

1. Konsep Kualitas

Westely dan Mintzberg membuat suatu pertanyaan yang penting bagi beberapa konsep, yaitu: Suatu proses yang asing tampaknya terpikir sebagai konsep seperti juga halnya budaya dan karisme, yang bergerak dari praktek menjadi suatu riset akademik. Hilangnya penggunaannya tersebut dalam prektek, seiring dengan prosesnya menjadi subjek akademik serta upaya untuk meletakkan dasar serta menjadi siuatu kepemilikan, untuk menyumbangkan pada dunia ilmiah. Dalam prosesnya mengeksperisikan kenyatan yang bahwa para praktisi yang ada mulanya mencoba untuk menggungkap maknanya (Westely dan Mintzberg). Kualitas adalah sutu ide yang dinamis dan agar perbedaan mengenai pengertian kualitas tersebut tidak mengakibatkan timbulnya kebinggungan, maka diperlukan diskusi mengenai hal tersebut.
Kualitas dalam percakapan sehari-hari utamanya digunakan sebagi suatu konsep yang absolut. Kualitas dapat juga dikaji sebagai konsep yang relatif, kualitas bukan sebagai atribut suatu produk atau pelayanan, tetapi sebagi sesuatu yang hakiki. Defenisi relatif kualitas ini memiliki dua aspek. Pertama, adalah pengukuran pada spesifikasinya. Kedua, memenuhi keperluan pelanggan.
Peters berargumentasi bahwa kualitas yang dirasakan oleh produk bisnis atau pelayanan adalah yang paling penting (faktor terpenting) yang mempengaruhi perfoma pruduk tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa kulitas yang didefenisikan oleh pelanggan lebih penting daripada harga, terutama dalam memnentukan permintaan terbesar akan barang dan jasa.

2. Quality Control, Quality Assurance, dan Total quality
Quality control adalah konsep kualitas tertua. Konsep ini melibatkan deteksi dan elimininasi komponen atau produk akir yang tidak memenuhi standar. Total Quality Managemen mengabungkan Quality assurance, untuk kemudian diperluas dan dikembangkan.

3. Produk dalam konteks pendidikan
Jika produk merupakan subjek, jaminan kualitas adalah prosesnya, maka diperlukan pemahaman spesifikasi dan pengawasan sumber supply dan raw material (bahan masukan mentah) yang ahrus memenuhi standar proses, seta autput yang harus didefenisikan spesifikasinya. Dalam pendidikan modelnya tidak semudah itu karena diperlukan seleksi awal. Peserta didik yang telah “dipoduksi” tidak mungkin untuk memberikan jaminan dengan jaminan standar tertentu. 

4. Pendidikan dan Pelanggannya
Dalam hal ini pendidikan dapat didefinisankan sebagai penyedia jasa. Jasa yang diberikan termasuk biaya pendidikan, penilaian, dan bimbingan bagi peserta didik, orang tua peserta didik dan pendudukung lainya.
Dalam konsep TQM anggota staf adalah disebut sebagai pelanggan internal. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah hubungan internal menjadi lebih operasional tampa adanya konplik intrernal dan persaingan.

5. Menserasikan Perbedaan Kebutuhan Pelanggan
Suatu metode yang dapat memutuskan perbedaan minat adalah dengan menyadari ekstensinya dalam organisasi tersebut serta merta pemecahan inti isu yang dapat mempersatukanya.


Material Requierment Planning (MRP)

Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material Requierment Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir. Material Requirement Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi dengan Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota Company Jepang.
MRP adalah sistem yang menciptakan jadwal yang mengidentifikasikan komponen-komponen khusus dan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir perusahaan, jumlah sesungguhnya yang diperlukan, tanggal pesanan bahan baku dilakukan dan diterima atau diselesaikan dalam siklus produksi.(Chase,1995:594)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar