Memahami Konsep Kualitas
1. Konsep Kualitas
Westely dan Mintzberg membuat suatu
pertanyaan yang penting bagi beberapa konsep, yaitu: Suatu proses
yang asing tampaknya terpikir sebagai konsep seperti juga halnya
budaya dan karisme, yang bergerak dari praktek menjadi suatu riset
akademik. Hilangnya penggunaannya tersebut dalam prektek, seiring
dengan prosesnya menjadi subjek akademik serta upaya untuk meletakkan
dasar serta menjadi siuatu kepemilikan, untuk menyumbangkan pada
dunia ilmiah. Dalam prosesnya mengeksperisikan kenyatan yang bahwa
para praktisi yang ada mulanya mencoba untuk menggungkap maknanya
(Westely dan Mintzberg). Kualitas adalah sutu ide yang dinamis dan
agar perbedaan mengenai pengertian kualitas tersebut tidak
mengakibatkan timbulnya kebinggungan, maka diperlukan diskusi
mengenai hal tersebut.
Kualitas dalam percakapan sehari-hari
utamanya digunakan sebagi suatu konsep yang absolut. Kualitas dapat
juga dikaji sebagai konsep yang relatif, kualitas bukan sebagai
atribut suatu produk atau pelayanan, tetapi sebagi sesuatu yang
hakiki. Defenisi relatif kualitas ini memiliki dua aspek. Pertama,
adalah pengukuran pada spesifikasinya. Kedua, memenuhi keperluan
pelanggan.
Peters berargumentasi bahwa kualitas
yang dirasakan oleh produk bisnis atau pelayanan adalah yang paling
penting (faktor terpenting) yang mempengaruhi perfoma pruduk
tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa kulitas yang didefenisikan
oleh pelanggan lebih penting daripada harga, terutama dalam
memnentukan permintaan terbesar akan barang dan jasa.
2. Quality Control, Quality
Assurance, dan Total quality
Quality control adalah konsep kualitas
tertua. Konsep ini melibatkan deteksi dan elimininasi komponen atau
produk akir yang tidak memenuhi standar. Total Quality Managemen
mengabungkan Quality assurance, untuk kemudian diperluas dan
dikembangkan.
3. Produk dalam konteks pendidikan
Jika produk merupakan subjek, jaminan
kualitas adalah prosesnya, maka diperlukan pemahaman spesifikasi dan
pengawasan sumber supply dan raw material (bahan masukan mentah) yang
ahrus memenuhi standar proses, seta autput yang harus didefenisikan
spesifikasinya. Dalam pendidikan modelnya tidak semudah itu karena
diperlukan seleksi awal. Peserta didik yang telah “dipoduksi”
tidak mungkin untuk memberikan jaminan dengan jaminan standar
tertentu.
4. Pendidikan dan Pelanggannya
Dalam hal ini pendidikan dapat
didefinisankan sebagai penyedia jasa. Jasa yang diberikan termasuk
biaya pendidikan, penilaian, dan bimbingan bagi peserta didik, orang
tua peserta didik dan pendudukung lainya.
Dalam konsep TQM anggota staf adalah
disebut sebagai pelanggan internal. Salah satu tujuan TQM adalah
untuk merubah hubungan internal menjadi lebih operasional tampa
adanya konplik intrernal dan persaingan.
5. Menserasikan Perbedaan
Kebutuhan Pelanggan
Suatu metode yang dapat memutuskan
perbedaan minat adalah dengan menyadari ekstensinya dalam organisasi
tersebut serta merta pemecahan inti isu yang dapat mempersatukanya.
Material Requierment Planning (MRP)
Salah satu cara untuk mengendalikan
persediaan adalah dengan metode Material Requierment Planning (MRP).
MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan meningkatkan
produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan
material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi
kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya dependen
dan menjamin tercapainya produksi akhir. Material Requirement
Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi
dengan Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota
Company Jepang.
MRP adalah sistem yang menciptakan
jadwal yang mengidentifikasikan komponen-komponen khusus dan bahan
baku yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir perusahaan,
jumlah sesungguhnya yang diperlukan, tanggal pesanan bahan baku
dilakukan dan diterima atau diselesaikan dalam siklus
produksi.(Chase,1995:594)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar